Sabtu, September 22, 2012

pepe mimir sasa, PEMIRSA!

Menginjak bulan ke-sembilan tahun ini, pikiran gue bercabang-cabang. Salah satu cabangnya soal kunjungan industri.

Yoh, semakin dekat dengan bulan Oktober, berarti Kunjungan Industri FST Bandung-Cikarang 3 mingguan lagi. Persiapan yang sudah dimulai sejak Mei, masih saja ada kendala untuk dua tempat industri dan tempat wisata yang belum ditentukan. 

Sempat terbayang, gimana kalo kita rame rame nonton Bukan Empat Mata? 

Tukul (di awal acara) : Ini yang pake almamater cokelat dari manaaaa?

Uda gitu apa? 

Tukul menjerit : PEMIRSA, pepe mimir sasa pemirsa !
Kita : ea! ea! ea! eeeeaA! *sambil fokus ke gerakan tangannya.

Sejauh ini, panitia bekerja sudah baik, partisipasi dan antusias temen-temen FST juga oke, gue bersyukur selama proses-nya ada mestakung. Ferron, Kalbe, Sanbe, Medion sudah memberi kepastian menerima kunjungan kita dan biro perjalanan sudah dapat yang cocok.

Semoga masalah-masalah cepat terselesaikan, acara Oktober nantinya berjalan lancar, baik teman-teman dan dosen pendamping diberi kesehatan yang cukup!

FST, Bisa!!

Rabu, September 12, 2012

"Segalanya dapat terjadi"

Refleksi dari sebuah film berjudul “Lorenzo’s Oil” tahun 1994

Film ini menceritakan kisah perjuangan keluarga untuk kesembuhan anaknya, Lorenzo, yang terdiagnosis menderita penyakit ALD. Kedua orangtua Lorenzo bukan berpendidikan seorang dokter atau ilmuwan, mulai dari nol mereka mempelajari segala materi mengenai penyakit tersebut secara mendalam. Sampai pada akhirnya, diceritakan kesembuhan Lorenzo dari hari ke hari dan penelitian tentang penyakit ALD serta penemuan obat baru yang berguna bagi hajat hidup orang banyak. Kata-kata kunci disini adalah semangat dan daya juang yang tinggi, pantang menyerah, penuh motivasi dan kreasi.

“Kadang perhatian ilmuwan tidak sama dengan perhatian orangtua”

Satu kutipan menarik dari film tersebut yang menurut saya dapat memberi gambaran tentang motivasi. Pada film diceritakan, motivasi pribadi keluarga tersebut untuk kesembuhan Lorenzo, tanpa disadari menjadi penemuan untuk hidup anak-anak lain penderita penyakit ALB meski diawalnya bergesekan dengan segala prosedur profesi. Pekerjaan yang didasarkan pada motivasi, secara tanpa sadar menjadi konspirasi semesta yang mendukung mimpi seseorang.

“Jangan tunjukkan rasa putus asa kita”

Putus asa merupakan musuh terbesar yang berasal dari diri sendiri yang menghambat proses kreativitas seseorang mencapai impiannya yang besar. Faktor “orang-orang sekitar” yang kadang memunculkan statement “mustahil”, memicu rasa putus asa yang semula kecil dan akibatnya, tercipta sugesti bahwa pekerjaan yang selama ini dikerjakan hanya sia-sia belaka. Kunci melawan rasa putus asa adalah kesabaran dan ketekunan.

Cita-cita saya di umur 40 tahun ingin melihat Indonesia bener, saya ingin memberikan kontribusi kepada bangsa menjadi lebih baik, semoga sejalan dengan bidang yang saya tekuni sekarang yaitu kefarmasian. Entah apa kontribusi yang nantinya akan saya berikan, dari sekarang saya harus memupuk diri saya sendiri dengan ilmu-ilmu yang memadai, motivasi yang lebih besar, daya juang serta daya tahan terhadap tekanan dari lingkungan sekitar. Semoga Tuhan menyertai usaha dan niat saya ini.