Minggu, Januari 22, 2012

Renungan Perayaan Imlek 2563

Peranakan Tionghoa, Politik dan Implementasinya..

Tumbangnya Rezim Soeharto (Orba) pada tg 21 Mei 1998 yang didahului dengan Tragedi Mei 1998, lalu disusul dengan diakui dan diberlakukannya Imlek sbg Hari Besar Nasional, maka hal ini menjadi satu tonggak penting diakuinya keberadaan Etnis Tionghoa menjadi bagian Integral yang tak terpisahkan sebagai Komponen Bangsa Indonesia.


Kita harus mengakui bahwa “pembebasan” ini diprakarsai oleh Gus DUR Presiden ke 4 RI. Beliau-lah yg mencabut Inpres No. 14 Tahun 1967 yang dibuat oleh Rezim Soeharto yang melarang Perayaan dan Adat Istiadat yang berbau “Cina” termasuk menutup sekolah-sekolah berbahasa Mandarin. Hal ini membuat terkuburnya indentitas Tionghoa selama lebih dari 30 Tahun, bukan cuma itu Soeharto juga mendirikan sebuah Badan yang disebut dengan BKMC (Badan Koordinasi Masalah Cina) dengan maksud mengawasi semua pergerakan dan aktifitas para Peranakan dan Keturunan Tionghoa. Hal ini layaknya para keturunan Tionghoa ini “bermasalah”, kita tak tahu kenapa Soeharto menanggap para Keturunan Tionghoa ini bermasalah, tindakan-tindakan represif dan tekanan yang bertubi-tubi mendiskriminasi habis kreatifitas dan keberadaan para keturunan Tionghoa.

Bahwa Gus DUR lah (yang notabene dan secara terbuka beliau mengakui bahwa beliau masih punya Darah keturunan Tionghoa) yang “membuka pintu” untuk kembali berkembangnya Budaya dan Tradisi Tionghoa, hal itu tak bisa dipungkiri dan jasa ini sungguh tak terhingga, bahkan harus selalu dikenang oleh semua orang Tionghoa yang hidup di Indonesia layaknya seorang Pahlawan.

Apakah sudah cukup hanya diakui seperti itu ? Rasanya masih banyak yang harus dilakukan oleh warga Tionghoa pada masa sekarang ini. Kalau pada Zaman Revolusi dulu sudah terbukti bahwa Kaum Keturunan Tionghoa itu bisa berjuang bahu-membahu dan mengambil peran dengan para pejuang yang lain dalam merebut Kemerdekaan dari tangan penjajah, maka pada masa sekarang ini sebenarnya para etnis Tionghoa juga dituntut untuk lebih menunjukan “Ke-Indonesian-nya” ketimbang “Ke-Tionghoa-annya
semata, karena hanya dengan bisa menunjukan "Ke-Indonesia-an" itulah kaum Tionghoa bisa menunjukan bahwa dalam dirinya masih ada yang namanya Nasionalisme.

Sekarang ini dengan telah diberlakukannya UU No 6 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, disitu telah disebutkan dengan tegas bahwa Tidak Ada lagi istilah Pribumi dan Non Pribumi, semuanya yang dilahirkan di Bumi Indonesia dari orangtua yang sudah WNI secara otomatis adalah Warga Negara Indonesia Asli. Semua ini membuktikan bahwa dari segi Peraturan, Perundangan dan Kedudukan para keturunan Tionghoa ini sudah sama dan sejajar dengan Warga Negara Indonesia yang lain. Hak dan kewajibannya pun sama dengan etnis-etnis lainnya seperti Jawa, Sunda, Batak, Padang, dsb.


Nah, disinilah kita dituntut untuk memainkan peran yang sama dan harus bisa bersatu dengan etnis-etnis lain serta menanggap Indonesia sebagai “Rumah” dan sebagai Tanah Tumpah Darah.


Sekarang ini nyaris tak ada bidang-bidang yang tidak mengikutsertakan etnis Tionghoa, semisal Sosial, Budaya, Kemasyarakatan, Ekonomi, Olahraga, dan bahkan tidak sedikit orang-orang Tionghoa yang terjun dalam Bidang Politik, bidang yang semasa Orba banyak dihindari oleh orang Tionghoa.


Dalam bidang politik ini juga sudah banyak orang-orang peranakan Tionghoa yang terjun dan punya prestasi serta posisi yang cukup menonjol. Ada yg menjadi Menteri, Gubernur, Walikota, Bupati, dan Anggota DPR, tetapi kita juga tahu bahwa sebagian besar orang Tionghoa itu bersikap apatis, pesimis, dan bahkan terkesan alergi politik dan “angkat tangan“ dalam hal ini, lalu terkesan menyerahkan urusan politik ini kepada pihak-pihak lain tanpa peran serta kita, yang sebenarnya hal ini tidak boleh dilakukan.


Sebenarnya, warga peranakan Tionghoa sebagai komponen bangsa Indonesia itu harus “melek” atau sadar politik dan tahu arah perkembangan politik yang terjadi. Hal ini bukan saja membuat kita jadi tahu arah perkembangan politik tetapi juga bisa membuat kita sadar dan tahu siapa-siapa saja Politikus yang Negarawan dan Politikus Telur Busuk. Walaupun melek politik ini bukan dengan maksud terjun dalam Politik Praktis apalagi terjun dalam Politik Kekuasaan.


Kebiasaan “melek” politik ini sudah harus ditumbuhkan sejak dini seiring dengan makin terbukanya semua bidang untuk dimasuki oleh peranakan Tionghoa, tapi yang harus tetap dijaga adalah sifat-sifat euforia yg berlebihan, terutama dalam perayaan-perayaan seperti perayaan Imlek kali ini. Sikap tepo-seliro harus tetap dijaga, paling tidak hal itu bisa menjaga agar tidak merebak lagi kecemburuan sosial.

Dan yang harus lebih dikembangkan adalah sifat kebersamaan.
Dengan perayaan imlek kali ini, mari kita jadikan momen ini untuk menjadi momen saling introspeksi diri dan mawas diri agar tercipta suasana damai dan sejuk sebagai pengejawantahan dari pengendalian diri demi kewajaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kita juga berharap bahwa prasangka antar etnis bisa dibuang jauh-jauh dari bumi Indonesia, karena Bangsa Indonesia akan mudah terkoyak dan tercerai-berai kalau bibit-bibit sentimen antar etnis maupun antar agama ini masih saja dipelihara dan dibiarkan berkembang. Sentimen antar etnis dan penekanan terhadap minoritas (dari segi apapun baik itu etnis maupun agama) harus segera dihapus dari Bumi Pertiwi ini agar dikemudian hari bibit-bibit kebersamaan bisa tumbuh dengan subur di Bbumi Pertiwi ini.


Kaum keturunan Tionghoa harus bisa mengendalikan diri, serasa dan sepenanggungan dengan komponen bangsa yang lain agar kita ini juga diterima dengan segala kewajaran dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia.

Dan akhirnya kami ucapkan :

Sin Cun Kiong Hi (新 春 恭 喜) ,


Thiam Hok Thiam Siu (添 福 添 壽),

Xin Nian Kuai Le (新 年 快 乐)


Semoga Sincia ini membawa Kesehatan, Berkat dan Kemajuan bagi anda semua.


恭喜發財,
GONG XI FA CAI


新年快樂,
XIN NIAN KUAI LE


身體健康,
SEN THI JIAN GANG


萬事如意,
WAN SHI RU YI


年年有餘,
NIAN NIAN YOU YIE








Sumber : FaceBook Tionghoa Indonesia, 22 Januari 2012, pukul 18.00


Rabu, Januari 18, 2012

Bolak-balik Bandung Jogja..

Di awal bulan ini (sekitar dua mingguan), gue balik maning nang Jogja.. Bukan sekedar nengok kostan, tapi ada tawaran dari dosen, Bu Maria, buat ngelanjutin proyek Pengabdian Masyarakat (PM) yang sempat tertunda di semester dua.. Proyek ini semacam penyuluhan, tentang bahaya penyakit Leptospirosis yang sedang rawan saat musin hujan..

Puji Tuhan, proposalnya sudah hampir rampung dan lokasinya udah dapet, di Dusun Demangan, Wedomartani (utara pasar Tajem Maguwoharjo).. Kalo tidak ada halangan, 21 Februari 2012 kegiatan PM-nya bisa berjalan dengan lancar.. Doakan ya!


Tambak Boyo, 10 Januari 2012


Selain ngerjain PM, di Jogja gue sempet diajak mancing sama anak-anak di Tambak Boyo (sayang sekali gak dapet apa-apa).. Maen ke kampus sambil cek nilai dan ngurusin bibit tanaman di kebun.. Malemnya mabok gara-gara mimik susu sama Indra dkk di Kalimilk, lanjut nongkrong di Bundaran UGM sampe jam 1 malem.. Nginep di kostan Tomas, nyewa PS, maen bola, kalah.. Liat pasar malem Sekaten di Alun-Alun Utara, ketemu Diego Michels di Amplaz abis nonton Sherlock sama Susan..

Totemi Sugoi !! (jare iklan mama-lemon, artine apik tenan)..


BBF (Boys Blue Film) at Kalimilk, sebelum pada mabok susu jeruk


Sekarang uda di Bandung lagi, menepati janji Mama yang pengen Imlek-an bareng sekalian ngerayain pesta perak perkawinan.. Mama juga banyak pesenan kue Imlek, jadi ikut bantu-bantu "lagi kaya dulu" hehehe.. Belom ada rencana mau maen kemana aja di sini, tapi yang pasti udah ngajakin Papa ke Punclut besok minggu pagi..



Stasiun Bandung, 18 Januari 2012


Cuaca sedang ekstrim, jangan lupa minum vitamin ya!

Sabtu, Januari 07, 2012

Inilah resolusi saya di tahun 2012..

  1. Bangun pagi, gak (sering) telat ngampus

    Si pacar paling males, gemes, ngeres (hah??) kalo ngeliat gue lari-lari di kampus jam 7.10 pagi.. Dia tau kalo gue ada kelas jam 7 pagi.. Kedua, gue telat (LAGI).. Dan ketiga, dia curiga gue belom mandi bahkan gosok gigi.. Pantes, pas kemaren di sport station Bandung gue selalu dicegah beli sepatu lari reebok ukuran 42..

    Maka, demi cinta yang tetap bersemi, mulai semester empat gak bakal telat lagi..

  2. Menaikan harkat dan martabat IP

    Honestly, gue sempat nyasar di jalan yang benar saat semester dua lalu.. IP gue naek, meski cuma 0,10.. Gue bangga, bendera Indonesia dikerek ke atas, Indonesia Raya berkumandang, gue nangis hebat..

    Nah, semester telu ki ak ngeroso ip ku tibo tenan, ben biji-bijine durung metu kabeh.. Jadi tanggung jawab buat tahun ini dan seterusnya untuk me-repair nilai IP dan semoga bisa lulus 3,5 tahun (BUKAN 5,5 tahun).. Tapi makasih, selama ini perkuliahan gak ngebosenin karena ada teman-teman yang sangat friendly setiap harinya .. Menghibur di kala sedih, mencela di saat galau..

  3. Kiloan naek

    Ini menjadi sorotan awal tahun, berat badan masi kepala lima dirasa belum mencukupi untuk “tarian-perut-buka-baju-meliuk-liuk” kaya boiben ternama yang isinya tiga orang.. Dengan keadaan saya yang sekarang begini, dipadukan dengan “tarian-perut-buka-baju-meliuk-liuk” tadi, mungkin anak-anak SD akan shock, pertama kali ngeliat “Suneo kayang”

    Harus gendut, harus gendut..

  4. Bikin Boyband (baca : boiben)

    Pada nonton cinta cenat cenut kan? Pertama kali gue menyangka mereka adalah boiben dengan personil-nya para pengidap hepatitis (cenat cenut).. Selidik punya selidik, si Morgan (yang pada bilang mirip saya) ternyata ngajakin ceweknya maen sinetron yang tayang tiap malming itu..

    NAH, dari situ terlintas suatu ide cerdas.. Besoknya gue tanya si pacar : “Beb, pengen terkenal jugak gak? Pengen masuk tipik gak?” Dia jawab pengen, gue sumringah demikian juga si pacar.. Solusinya adalah menunggu gue, bersama teman-teman berpotensi dan bertalenta (siapa itu?) rembukan bikin boiben.. Manggung di Lamongan, terkenal, maen pelem, si pacar bahagia.. Oh men, damn!

    Yang hari-hari ini masih kepikiran adalah soal nama.. Engga, gue EUNGGA BAKALAN setuju kalo Tomas ngusulin nama bergenre alay, seperti “cowok-cowok naga” atau lainnya, pengaruh budaya galau-nya masih terlalu kuat.. Karena gue seneng liat CherryBelle manggung, gue rencana ngasih nama boiben kita “SamBelle” (yang dibaca “sambel”)..

    Plan A (klik gambar untuk memperbesar)

    Kalo boyband gak jadi? Grup keroncong-lah yang masih sedikit “nyerempet”

    Plan B (klik gambar untuk memperbesar)
Kebiasaan lainnya yang bakalan mulai dicoba tahun ini : olahraga pagi atau lari sore, kuliah menggunakan buku tulis, kursus bahasa inggris, belajar gitar, fitness (biar gak dibilang Suneo), sering-sering pulang Bandung kalo ada waktu..

Dan tidak menunda-nunda setiap pekerjaan.. Sekali kita menunda, satu kali juga kita akan mengalami kesusahan..

Semua resolusi tentunya adalah sebuah harapan untuk hidup menjadi semakin berkualitas..

Selamat Natal dan Selamat Tahun Baru !! Berkah dalem..