Mendoakan dan Didoakan...

Tuhan berikanlah istirahat, abadi dan tenang bagi yang wafat (MB 90)...

Senin, 2 November 2009 yang lalu.. Gereja Katolik memperingati arwah semua orang beriman.. Mendoakan teman / sanak saudara yang meninggal dunia, serta meminta doa-doa dari mereka agar bila tiba saatnya, kita tidak takut menghadapi kematian...

Yah, termasuk gw.. Orang yang paling gak suka membicarakan soal kematian...

Menjadi kebiasaan setiap tahun, untuk memajang foto orang meninggal di depan altar.. Gw sih emang ikut bantu ngerapihin, tapi kalo disuruh tugas misdinar mending ogah.. Atmosfer nya sudah sangat angker, jadi cukup menjadi umat 'manis' saja yang duduk di barisan paling belakang..

Misa dipimpin oleh Romo Sukarna.. Umat yang datang cukup banyak, tapi masih banyak tempat duduk yang kosong.. Ketika homili, beliau mengingatkan bahwa hidup mati manusia di dunia sudah diatur oleh-Nya, sebab Ia Maha Tahu.. Serahkan sepenuhnya hidup ini sesuai dengan rencana Tuhan...

Dalam suasana sore yang hening, segala kenangan manis bersama mereka, yang telah tiada, terbuka kembali.. Mengingat senyumnya.. Enak tawanya dan sikap polosnya di depan kita.. Teringat segala kekurangan dan ketakutan yang dia miliki.. Mengingat pertolongan yang telah ia berikan tanpa sungkan.. Hangat sapaannya setiap bertemu dan wangi aroma tubuhnya.. Teringat pula akan keluarganya yang menangis di depan peti atau pingsan saat menekan tombol eksekusi di krematorium.. Merasakan kembali perasaan amat bahagia bila kita berada di sisinya.. Semua memori tersebut menimbulkan rasa kehilangan untuk kedua kalinya...

Jadi, masihkah kita ragu, bahwa kematian bukanlah akhir, tapi merupakan awal kebahagiaan untuk hidup kekal bersama-Nya ?

Sebait puisi indah di lembaran teks misa :

Setiap pagi mengingatkan kita akan kelahiran
Setiap hari mengingatkan kita akan kehidupan
Setiap malam mengingatkan kita akan kematian
Tuhan, semoga bila saatku sampai,
Hidupku berkenan di hadapan-Mu

Refleksi bagi pembaca : apabila Tuhan menetapkan bahwa besok adalah hari kematian kita, apakah kita akan gelisah karena banyak hal baik yang belum dikerjakan? Ataukah kita tersenyum lega dan berkata dengan mantap : Saia siap !!

Diperjalanan pulang ke rumah, sambil menggowes sepeda, gw berdoa supaya besok bisa merasakan hangatnya pagi...