Semoga senantiasa diberikan kesehatan.
Semoga semakin bijak berpendapat dalam bentuk ide, tulisan, dan tindakan.
Semoga terlahir rencana-rencana baru dan menjadi produktif karena rencana-rencana tersebut.
Semoga semua kebohongan masih terjaga dengan baik.
Semoga Chelsea Islan mampir ke toko, belanja plastik.
Semoga yang baik, atau yang kurang baik di tahun ini, mampu dipahami sebagai pembelajaran yang bermanfaat.
Dan selalu bersyukur untuk hidup yang indah ini.
Rabu, Januari 13, 2016
Kamis, Maret 20, 2014
Cinta itu Memang Buta.
Oleh M. Zaid Wahyudi dalam Kompas 12 Maret 2014
ATAS nama cinta, Ahmad Imam alias Hafitd (19) dan
Assifa Rahmadhani (18) tersandung kasus. Mereka diduga tega menyiksa dan
membunuh Ade Sara Angelina (19). Konon, sakit hati dan dendam karena diputuskan
Sara membuat Hafitd melupakan rasa cintanya pada Sara. Sementara itu, cemburu
membuat Assifa gelap mata hingga bersedia membantu membinasakan Sara,
pesaingnya.
Cinta memang buta. Andreas Bartels dan Semir Zeki
dalam The Neural Basis of Romantic Love di Neuroreport Volume 11 Nomor 17 Tahun
2000 menyebutkan, saat jatuh cinta, bagian otak depan yang disebut korteks
prefrontal yang mengatur logika menjadi tumpul. Sebaliknya, bagian otak yang
mengendalikan emosi menguat. Kuatnya ikatan emosional saat rasa cinta muncul
membuat kemampuan seseorang dalam menilai orang lain melemah.
”Cinta memang tidak rasional karena ia adalah
letupan perasaan emosional yang dibalut oleh berbagai kebutuhan, seperti
kebutuhan untuk menyayangi ataupun ingin disayangi,” kata Sekretaris Jenderal
Masyarakat Neurosains Indonesia, yang juga dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi, Manado, Taufiq Pasiak, saat dihubungi dari Jakarta,
Senin (10/3).
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Bina
Nusantara, Jakarta, Pingkan CB Rumondor, mengatakan, munculnya rasa cinta tidak
bisa direncanakan dan tidak bisa dihindari. Perasaan itu juga sulit
dikendalikan, apalagi dihilangkan. Semakin
dalam seseorang memendam cinta, rasa cinta akan semakin muncul menggebu-gebu.
Walau cinta tak bisa dikendalikan, tindakan
seseorang setelah munculnya rasa cinta bisa dikendalikan. ”Pengendalian
menuntut pengakuan diri bahwa ia sedang jatuh cinta,” katanya.
Pengendalian tindakan itu dilakukan dengan melihat
kenyataan yang ada. Di sinilah penilaian atas rasa cinta yang muncul pada diri
dilakukan, seperti, apakah orang yang kita cintai juga mencintai kita atau
apakah rasa cinta itu jatuh pada orang yang tepat tanpa melanggar norma dan
budaya.
Untuk bisa menilai cinta yang muncul, seseorang
memerlukan perasaan bahwa dirinya berharga. Artinya, apa pun hasil penilaian
itu, apakah cintanya diterima atau justru bertepuk sebelah tangan, maka dirinya
tetap berharga. Penolakan tidak mengurangi harga dirinya.
Sakit hati, sedih, depresi, galau, atau rasa tidak
diterima dan dihargai yang muncul akibat penolakan cinta, termasuk saat
diputuskan cinta, adalah perasaan yang wajar. Kehadiran berbagai emosi negatif
itu justru baik secara psikologi. ”Justru jika setelah cintanya ditolak
langsung move on, misalnya langsung punya pacar lagi, itu justru tidak sehat.
Perasaan sedih yang muncul akan terselubungi dan bisa mengganggu hubungan
berikutnya,” kata Pingkan.
Namun, apa yang diduga dilakukan Hafitd dan Assifa
bukanlah cinta. Rasa sakit hati, cemburu, dan takut kehilangan lebih
mendominasi. Emosi negatif itu meledak dalam tindakan yang justru melanggar
norma dan budaya.
”Cinta itu ada gairah, keintiman, dan komitmen.
Cinta membuat dua individu tetap menjadi dirinya sendiri, tetapi sama-sama
saling peduli,” kata Pingkan. Dalam kasus yang diduga dilakukan Hafitd dan
Assifa, perasaan yang lebih mengemuka adalah rasa kecewa, marah, merasa tidak
dihargai dan tidak bisa menghargai diri sendiri. Itu bukan cinta.
Kejam
Kekejaman dalam proses pembunuhan Sara dengan cara
memukul, menyetrum selama berjam-jam, dan menyumpal mulut korban dengan kertas
hingga membuang jasadnya ke kolong jembatan Tol Bintara, Bekasi Barat (Kompas,
6/3 dan 7/3), merupakan bentuk ketakutan dan kekhawatiran pelaku.
”Kekejaman itu dilakukan sebagai upaya pertahanan
diri agar penyiksaan yang berakhir dengan pembunuhan itu tidak diketahui
orang,” kata Taufiq.
Meskipun upaya pembunuhan itu direncanakan,
membunuh seseorang bukan persoalan gampang, kecuali bagi pembunuh profesional.
Apalagi pembunuhan dilakukan dengan cara menyiksa korban selama berjam-jam.
Saat amarah muncul, lelaki umumnya melampiaskan
dengan tindakan fisik, baik melalui gerakan tangan maupun kaki. Pada kondisi
ini, bagian otak yang lebih aktif adalah sistem limbik yang mengontrol emosi
bekerja sama dengan bagian otak yang mengatur sistem motorik.
Adapun pada perempuan, saat murka melanda, bagian
otak yang lebih aktif adalah girus singulat (cingulate gyrus), yaitu otak sadar
yang merupakan bagian dari korteks prefrontal. Ini adalah bagian otak untuk
berpikir rasional, bukan sistem limbik yang juga dimiliki otak binatang. Karena
itu, kemarahan pada perempuan biasanya berwujud mata mendelik, tidak
menggunakan tubuhnya untuk melakukan kekerasan.
Karena itu, jika ada perempuan sanggup melakukan
perbuatan fisik untuk melukai orang lain sebagai ungkapan amarah, Taufiq
menduga, itu akibat situasi yang membuat otak rasional perempuan menjadi tumpul
dan emosinya justru lebih mengemuka.
”Hilangnya rasionalitas yang tergantikan oleh
agresivitas untuk mempertahankan diri adalah bentuk pertahanan diri yang paling
primitif pada makhluk hidup,” ujar Taufiq.
Rasionalitas sebenarnya bisa dibangun jika anak
sejak dini diajarkan untuk melogika segala sesuatu yang ada di sekitarnya,
termasuk tindakannya. Namun, emosi akan mengemuka dan rasionalitas menjadi
tumpul jika anak terbiasa diasuh dengan aturan ”pokoknya...” tanpa menjelaskan
alasan di balik setiap aturan yang diberlakukan.
Pendidikan di sekolah yang lebih mengedepankan
dogma dan hafalan akan semakin memperparah kemampuan bernalar anak.
”Rasionalitas yang muncul akan mendorong seseorang mencintai sewajarnya, bukan
serakah terhadap cinta. Cinta yang sewajarnya hanya bisa diperoleh jika
seseorang juga memiliki benci yang sewajarnya. Jika cinta dan benci berlebihan,
yang muncul adalah malapetaka,” ujar Taufiq.
Bentuk cinta yang paling rendah adalah mengagumi,
hanya terikat pada keindahan saja. Sedangkan cinta yang paling tinggi adalah
penyatuan diri hingga saling meniadakan identitas diri dengan yang dicintai.
Pingkan menambahkan, penghargaan atas diri adalah modal bagi hadirnya cinta yang tidak emosional. Perasaan ini dapat muncul jika sejak kecil anak dihargai. Merendahkan anak atau memaksa anak untuk berusaha keras agar mendapat penghargaan dari orangtua akan menyulitkan anak untuk menghargai dirinya sendiri.
Selasa, Maret 04, 2014
Berjuang dengan Bahagia.
#latarbelakang : FAQ (Frequently Asked Question), “Skripsinya udah sampai mana?”
Temen gue bilang bahwa skripsi itu proses “pendewasaan” manusia. Gak salah, tapi menurut gue ada yang lebih dari itu. Skripsi bukan sekedar memperoleh gelar pendidikan S1, tapi mengajarkan bagaimana gue harus setia dalam suatu proses.
Perjuangan ini gue mulai di awal tahun 2013, dimana saat itu dunia belom mengenal istilah cabe-cabean. Setelah gue memutuskan “formulasi” sebagai topik besar skripsi, gue mencoba untuk menghubungi salah satu dosen yang sudah gue dambakan sejak semester 5 dengan maksud untuk menjadi dosen pembimbing. Ternyata beliau sudah tidak bisa membimbing mahasiswa lagi karena kuotanya sudah penuh. Gak bisa terlalu disalahkan juga sih karena emang gue orangnya leletan kalo ngurusin hal-hal sepele begituan.
Singkat cerita, gue jadi kepisah juga sama temen-temen sepergaulan karena skripsi. Mereka yang gue banggakan selama ini, karena kita selalu bersama dan mengerjakan banyak hal dengan semangat tinggi meski susah bagi kita untuk serius. Mungkin jalan baiknya, ya harus kepisah dulu beberapa waktu. Terlalu kompak juga belum tentu baik. Takutnya kalo bareng-bareng terus, yang jadi bukannya skripsi malah boyband lokal.
Sampai sekarang (meskipun masih jauh dari kelar), gue sangat bersyukur atas semua proses yang sudah berlangsung. Bersyukur untuk dukungan dan motivasi dari teman sekelompok, teman satu angkatan, dan dosen pendamping beserta revisian naskah dari-nya. Gue masih harus setia dalam proses ini. Sepuluh tahun lagi, gue yakin bakal hidup baik-baik aja tanpa mengerti mendalam tentang formula pasta gigi. Tapi proses ini sayang untuk dilewatkan. Lo bisa nikah dua-tiga kali dalam hidup lo, tapi skripsi cuma sekali seumur hidup lo.
Dan gak usah deh galau skripsi di Facebook atau Twitter, percuma. Kesannya lo cuma pengen dimengerti dan lo juga sadar itu gak bakal membantu. Mending tweet/post kegaulaun itu dalam doa setiap pagi/malam. Lagipula, menurut gue, galau skripsi di media sosial sudah terlalu mainstream keles. Tweet less and do more, nah itu baru antimainstream :)
Buat pembaca, ato mungkin temen gue sendiri yang baca ini, tetap semangat ya! Selalu setia bersama prosesnya, bukan sama skripsinya (dikhawatirkan kalo terlalu setia akan disuruh ganti judul). “Percayalah segala jerih payah yang telah dilakukan tidak akan pernah sia-sia”, temenku Ega bilang begitu.
Temen gue bilang bahwa skripsi itu proses “pendewasaan” manusia. Gak salah, tapi menurut gue ada yang lebih dari itu. Skripsi bukan sekedar memperoleh gelar pendidikan S1, tapi mengajarkan bagaimana gue harus setia dalam suatu proses.
Perjuangan ini gue mulai di awal tahun 2013, dimana saat itu dunia belom mengenal istilah cabe-cabean. Setelah gue memutuskan “formulasi” sebagai topik besar skripsi, gue mencoba untuk menghubungi salah satu dosen yang sudah gue dambakan sejak semester 5 dengan maksud untuk menjadi dosen pembimbing. Ternyata beliau sudah tidak bisa membimbing mahasiswa lagi karena kuotanya sudah penuh. Gak bisa terlalu disalahkan juga sih karena emang gue orangnya leletan kalo ngurusin hal-hal sepele begituan.
Singkat cerita, gue jadi kepisah juga sama temen-temen sepergaulan karena skripsi. Mereka yang gue banggakan selama ini, karena kita selalu bersama dan mengerjakan banyak hal dengan semangat tinggi meski susah bagi kita untuk serius. Mungkin jalan baiknya, ya harus kepisah dulu beberapa waktu. Terlalu kompak juga belum tentu baik. Takutnya kalo bareng-bareng terus, yang jadi bukannya skripsi malah boyband lokal.
Sampai sekarang (meskipun masih jauh dari kelar), gue sangat bersyukur atas semua proses yang sudah berlangsung. Bersyukur untuk dukungan dan motivasi dari teman sekelompok, teman satu angkatan, dan dosen pendamping beserta revisian naskah dari-nya. Gue masih harus setia dalam proses ini. Sepuluh tahun lagi, gue yakin bakal hidup baik-baik aja tanpa mengerti mendalam tentang formula pasta gigi. Tapi proses ini sayang untuk dilewatkan. Lo bisa nikah dua-tiga kali dalam hidup lo, tapi skripsi cuma sekali seumur hidup lo.
Dan gak usah deh galau skripsi di Facebook atau Twitter, percuma. Kesannya lo cuma pengen dimengerti dan lo juga sadar itu gak bakal membantu. Mending tweet/post kegaulaun itu dalam doa setiap pagi/malam. Lagipula, menurut gue, galau skripsi di media sosial sudah terlalu mainstream keles. Tweet less and do more, nah itu baru antimainstream :)
Buat pembaca, ato mungkin temen gue sendiri yang baca ini, tetap semangat ya! Selalu setia bersama prosesnya, bukan sama skripsinya (dikhawatirkan kalo terlalu setia akan disuruh ganti judul). “Percayalah segala jerih payah yang telah dilakukan tidak akan pernah sia-sia”, temenku Ega bilang begitu.
Jumat, Februari 07, 2014
Putus
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Putus” mempunyai beberapa pengertian.
Satu.
Sebut saja Mawar, tapi bukan Mawar AFI. Gadis remaja yang baru belajar logaritma ini menjadi primadona di sekolahnya, terutama di hati Budi yang sempit. Perasaan Budi ini sudah meluap-luap, jauh sebelum Mawar menerima pertemanannya di Facebook. Sambil menabung keberanian, Budi bersama tim kreatifnya mematangkan rencana untuk menembak Mawar saat upacara bendera. Senin berikutnya, nama Budi resmi terukir indah di hati Mawar :)
Namun kemesraan itu tidak berlangsung lama. Di suatu malam minggu, Budi mengirimkan telegram kepada Mawar. Bunyi pesannya begini, “Maaf sayang, hari ini kita batal nonton ya. Kaki aku putus dimakan jerapah tadi siang.” Mawar yang saat itu sangat kecewa lalu meluncurkan rudal ke rumah Budi. Seribu hari kemudian, nama Budi sudah resmi terukir indah di batu nisan dari keramik :(
Dalam kasus ini, putus adalah ada bagian yang terlepas.
Dua.
Karena Sleman adalah Jogja coret, Soni dan kekasihnya menyebut hubungan mereka sebagai hubungan jarak jauh. Hingga tulisan ini diturunkan, belum ada rencana dan niat dari pemerintah untuk menerbitkan undang-undang LDR tentang pembagian zona pacaran di wilayah Indonesia.
Padahal cukup dengan naik delman-istimewa-ku-duduk-di-muka, Soni dapat mencapai kediaman kekasihnya di Jogja kurang dari setengah jam. Bila penghasilannya sudah cukup, Soni berencana membeli elang biar makin gaul dan sesekali bisa mengantar ibunya belanja baju di Paragon Solo.
Waktu berubah, selera musik Soni pun berubah. Dipengaruhi oleh idolanya Janeta Janet dan lagu pacar-lima-langkah, Soni memutuskan untuk mengontrak di dekat rumah kekasihnya di Jogjakarta. Sambil membuka usaha baru disana, laundry kiloan, demi menambah penghasilan. Hidup Soni sekarang sangat bahagia karena selalu dikirimkan makan siang dan cucian rumah kekasihnya.
Dalam kasus ini, putus adalah pengambilan suatu keputusan yang rasional.
Tiga.
Jatuh cinta itu musuh akal sehat.
Ada saat dimana pasangan menghadapi masa sulit dalam hubungan mereka karena ketidakmampuan seorang dalam menyeimbangkan keintiman di dalamnya. Bagaimana caranya menyayangi orang lain tanpa kehilangan dirinya sendiri. Bagimana caranya melakukan kesenangan pribadi tanpa menyengsarakan teman hidupnya.
Sampai dimana permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan, pasangan memilih untuk putus karena tidak ada lagi rasa saling percaya.
Dalam kasus ini, putus adalah mengakhiri hubungan karena suatu keadaan, atau sudah tidak ada rasa saling percaya terhadap pasangan.
***
Tumbuh adalah kepastian, dewasa adalah pilihan. Setiap hari dalam setiap kesempatan, manusia selalu dihadapkan oleh pilihan. Memilih untuk menunda kedewasaan bukanlah pilihan yang baik.
Terima kasih banyak.
19/12/2010 – 2013
Satu.
Sebut saja Mawar, tapi bukan Mawar AFI. Gadis remaja yang baru belajar logaritma ini menjadi primadona di sekolahnya, terutama di hati Budi yang sempit. Perasaan Budi ini sudah meluap-luap, jauh sebelum Mawar menerima pertemanannya di Facebook. Sambil menabung keberanian, Budi bersama tim kreatifnya mematangkan rencana untuk menembak Mawar saat upacara bendera. Senin berikutnya, nama Budi resmi terukir indah di hati Mawar :)
Namun kemesraan itu tidak berlangsung lama. Di suatu malam minggu, Budi mengirimkan telegram kepada Mawar. Bunyi pesannya begini, “Maaf sayang, hari ini kita batal nonton ya. Kaki aku putus dimakan jerapah tadi siang.” Mawar yang saat itu sangat kecewa lalu meluncurkan rudal ke rumah Budi. Seribu hari kemudian, nama Budi sudah resmi terukir indah di batu nisan dari keramik :(
Dalam kasus ini, putus adalah ada bagian yang terlepas.
Dua.
Karena Sleman adalah Jogja coret, Soni dan kekasihnya menyebut hubungan mereka sebagai hubungan jarak jauh. Hingga tulisan ini diturunkan, belum ada rencana dan niat dari pemerintah untuk menerbitkan undang-undang LDR tentang pembagian zona pacaran di wilayah Indonesia.
Padahal cukup dengan naik delman-istimewa-ku-duduk-di-muka, Soni dapat mencapai kediaman kekasihnya di Jogja kurang dari setengah jam. Bila penghasilannya sudah cukup, Soni berencana membeli elang biar makin gaul dan sesekali bisa mengantar ibunya belanja baju di Paragon Solo.
Waktu berubah, selera musik Soni pun berubah. Dipengaruhi oleh idolanya Janeta Janet dan lagu pacar-lima-langkah, Soni memutuskan untuk mengontrak di dekat rumah kekasihnya di Jogjakarta. Sambil membuka usaha baru disana, laundry kiloan, demi menambah penghasilan. Hidup Soni sekarang sangat bahagia karena selalu dikirimkan makan siang dan cucian rumah kekasihnya.
Dalam kasus ini, putus adalah pengambilan suatu keputusan yang rasional.
Tiga.
Jatuh cinta itu musuh akal sehat.
Ada saat dimana pasangan menghadapi masa sulit dalam hubungan mereka karena ketidakmampuan seorang dalam menyeimbangkan keintiman di dalamnya. Bagaimana caranya menyayangi orang lain tanpa kehilangan dirinya sendiri. Bagimana caranya melakukan kesenangan pribadi tanpa menyengsarakan teman hidupnya.
Sampai dimana permasalahan tersebut tidak dapat diselesaikan, pasangan memilih untuk putus karena tidak ada lagi rasa saling percaya.
Dalam kasus ini, putus adalah mengakhiri hubungan karena suatu keadaan, atau sudah tidak ada rasa saling percaya terhadap pasangan.
***
Tumbuh adalah kepastian, dewasa adalah pilihan. Setiap hari dalam setiap kesempatan, manusia selalu dihadapkan oleh pilihan. Memilih untuk menunda kedewasaan bukanlah pilihan yang baik.
Terima kasih banyak.
19/12/2010 – 2013
Sabtu, Januari 04, 2014
Farewell 2013
Selamat
natal. Selamat tahun baru 2014 !!
Asiknya
yang tahun baruan dengan pacar, bisa nonton kembang api bersama dari bukit
dengan view pemandangan kota (cita-cita yang belom kesampean). Buat yang LDR,
mungkin kalian count down bersama di telpon sambil nonton kembang api dari atap
rumah masing-masing. Dan buat yang jomblo, gak apa-apa kalian bisa nonton
kembang api Dubai di Youtube, ini linknya :
Sehat
semua? Gimana perayaan tahun barunya, meriah? Tahun ini saya harus ngerayain
natal dan tahun baru tanpa keluarga di Jogja, karena masih ngurusin
skripsi sama KKN (kuliah kerja nyalon). But,
there’s no reason not to celebrate Christmas day and a new year hehe :)
Resolusi tahun ini. Supaya lebih dewasa,
punya pendirian yang baik. Dan selalu rajin menulis blog :)
Sedikit
mau menanggapi celetukan orang banyak (padahal ngerasain juga) yang bilang, “Kok
cepet ya, udah mau ganti tahun lagi?”
IMHO,
yang
kadang membuat kita merasa waktu berjalan terlalu cepat karena terlalu
mengenang satu kejadian tak terlupakan di tahun ini, mungkin
membahagiakan atau kurang menyenangkan. Sehingga, rasanya baru terjadi
beberapa
waktu belakangan ini. Long-term memory yang tersimpan permanen di otak,
mungkin menjawab pertanyaan orang selama ini.
"Buatlah selalu kenangan yang indah dan siapkan
diri menerima tiap kemungkinan di setiap harinya untuk setahun ke depan."
Farewell 2013. Welcome 2014.
Langganan:
Postingan (Atom)